welcome

selamat datang kawan semoga nyaman di galeri saya

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 08 Juni 2013

muhkam dan mutasyabih


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembahasan dalam Ulumul Qur’an sangat meluas, salah satunya diantaranya adalah tentang Muhkam Wal Mutasyabih masih sering diperdebatkan oleh para pakar baik dari kalangan sarjana islam maupun sarjana barat, khususnya mereka yang mempunyai perhatian serius terhadap ilmu–ilmu Al-Qur’an yang masih samar (kinayah), sedang Mutasyabihat adalah ayat Al-Qur’an yang jelas (shohih) artinya disini dalam hal maksud yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an. Muhkam wal Mutasyabih dengan perbedaan penjelasan dari para pakar inilah, sehingga menjadi salah satu pembahasan penting dalam Ulumul Qur’an. Semua pendapat para pakar mempunyai dasar masing–masing yang sama–sama kuat, sehingga perbedaan itu pula yang membuat para penuntut ilmu lebih bersemangat dalam mendalami ayat–ayat Al–Qur’an. Mengenai ulasan lebih lanjut dan lebih mendalam tentang muhkam dan mutasyabih akan kami uraikan dalam pembahasan.
Al Qur’an di turunkan untuk memberi petunjuk bagi manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang di dasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang sebagai bahan pelajaran.
Sebagian besar Al Qur’an pada mulanya di turunkan untuk tujuan umum ini, tetapi kehidupan para sahabat bersama Rasul Allah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah.
Allah menjadikan segala sesuatu melalui sebab-musabab dan menurut suatu ukuran. Tidak seorang pun manusia lahir dan melihat cahaya kehidupan tanpa melalui sebab-musabab dan berbagai tahap perkembangan. Tidak sesuatu pun terjadi dalam wujud ini kecuali setelah melewati pendahuluan dan perencanaan. Begitu juga perubahan pada cakrawala pemikiran manusia terjadi setelah melalui persiapan dan pengarahan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian muhkam wal mutasyabih?
2. Apakah sebab–sebab adanya ayat muhkam dan mutasyabih?
3. Bagaimana pendapat para ulama’ tentang muhkam dan mutasyabih?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian muhkam wal mutasyabih.
2. Mengetahui sebab–sebab adanya ayat muhkam dan mutasyabih.
3. Mengetahui pendapat para ulama’ tentang muhkam dan mutasyabih.







BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH
Muhkam berasal dari kata ihkam yang secara bahasa berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Semua pengertian ini pada dasarnya kembali kepada satu makna yakni pencegahan. Kata Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa berarti keserupaan dan kesaaan yang biasanya membawa kepada kesamaan antara dua hal.
Para ahli mengemukakan definisi muhkam dan mutasyabih sebagai berikut:
1. Sihan Anwar dalam buku Ulumul Qur’an menjelaskan Muhkam dan Mutasyabih menurut etimologi, Muhkam artinya suatu ungkapan yang dimaksud makna lahirnya, tidak mungkin diganti atau diubah (ma ahkama al-murad bin ‘an al tabdil wa al-taghyir). Adapun Mutasyabih adalah ungkapan yang dimaksud makna lahirnya samar (ma khafiya bi nafs al-lafzh).
2. Ahmad Sadili dan Ahmad Syafi’i mengungkapkan definisi Muhkam dan Mutasyabih dalam buku Ulumul Qur’an, bahasa artinya kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kesamaran antar dua hal. Sedangkan secara istilah Ahmad Syadili dan Ahmad Syafi’i mengambil definisi yang disampaikan Al-Zarqani yang dikutip dari definisi yang dikemukakan oleh Al-Suyuti yang diambil dari defnisi – definisi yang diungkapkan oleh para ulama’. Menurut Al-Zarqani dari pendapat para ulama’ tersebut, pendapat Imam Al- Razi yang paling tepat dalam mendefinisikan Muhkam dan Mutasyabih. Menurut beliau Muhkam ialah ayat yang tunjukan maknanya kuat, yaitu lafal nas dan lafal dhahir, Mutasyabih ialah ayat yang tunjukan maknya tidak kuat, yaitu lafal yang mujamal, muawwal, dan musykil.
3. Manna’ Khalil Al-Qattan menjelaskan Muhkam dan Mutasyabih dalam buku studi Ilmu-Ilmu Qur’an, bahwa menurut bahasa Muhkam berasal dari kata حكمت الد ابة واحكمت yang artinya “saya menahan binatang itu”, juga bisa diartikan,”saya memasang ‘hikmah’ pada binatang itu”. Hikmah dalam ungkapan ini berarti kendali.Muhkam berarti (sesuatu) yang dikokohkan, jadi kalam Muhkam adalah perkataan yang seperti itu sifatnya. Mutasyabih secara bahasa berate tasyabuh, yakni bila salah satu dari 2 (dua) hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain, karena adanya kemiripan diantara keduanya secara konkrit maupun abstrak. Jadi, tasyabuh Al-Kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena sebagainya membetulkan sebagian yang lain.
Al-Qattan menyimpulkan penadapat para ahli dalam 3 (tiga) definisi sebagai berikut:
 Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan Mutasyabih hanyalah diketahui maksudnya oleh Allah sendiri.
 Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung wajah, sedangkan Mutasyabih mengandung banyak wajah.
 Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung, tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan Mutasyabih tidak demikian, ia memerlukan penjelasan dengan mrujuk kepada ayat-ayat lain.

4. Abdul Jalal dalam buku Ulummul Qur’an menjelaskan Muhkam dan Mutasyabih sebagai berikut.Muhkam ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri sendiri sendiri tanpa dita’wilkan karena susunan tertibnya tepat, dan tidak musykil, karena pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan karena tidak dinasakh. Sedangkan Mutasyabih ialah lafal Al - Qur’an yang artinya samar sehingga tidak dapat dijangkau akal manusia karena bisa dita’wilkan macam – macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan disebabkan penunjuk artinya tidak kuat, cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu diamalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah SWT.
5. Ulama’ golongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mengatakan, lafal Muhkam adalah lafal yang diketahui makna maksudnya, baik karena memang sudah jelas artinya maupun karena dengan dita’wilka sedangkan lafal Mutasyabih adalah lafal yang pengetahuan artinya hanya dimonopoli Allah SWT. Manusia tidak ada yang bias mengetahuinya.Contohnya, terjadinya hari kiamat, keluarnya dajjal, artinya huruf – huruf muqaththa’ah.
6. Mayoritas ulama’ golongan Ahlu Fiqih yang berasal dari pendapat sahabat ibnu abbas mengatakan, lafal Muhkam ialah lafal yang tidak bisa dita’wilkan kecuali satu arah/segi saja.Sedangkan Mutasyabih artinya dapat dita’wilkan dalam beberapa arah/segi, karena masih sama. Contoh : surga, neraka, dst.
7. Berdasarkan berbagai uraian definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Muhkam adalah lafal – lafal Al – Qur’an yang sudah diketahui dengan jelas arti dan maksudnya, dan tidak perlu penta’wilan lagi, sedangkan Mutasyabih adalah lafal – lafal Al – Qur’an yang maknanya belum jelas (samar), sehingga belum diketahui maksud dengan jelas, dan perlu penta’wilan lagi.

B. SEBAB – SEBAB ADANYA AYAT MUHKAM DAN MUSTASYABIH
Secara tegas dapat dikatakan, bahwa sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari yang Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih. Menurut para ulama’ sebab – sebab adanya ayat Muhkam itu sudah jelas, yaitu sebagaimana ditegaskan dalam ayat 7 surat Ali Imran yang artinya :
              •                        •            


”Dialah yang telah menurutkan Al – Kitab (Al – Qur’an) kepada kamu diantara (isi)-Nya ada ayat – ayat yang Muhkamat, itulah pokok – pokok isi Al – Qur’an, dan yang lain ayat – ayat Mutasyabihat. Adapun orang- orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat- ayat yang mutasyabihat dari padanya untuk menimbulkan fitnah dan mencari- cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang- orang yang mendalam ilmunya berkata : ” kami beriman kepada ayat- ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran ( dari padanya ) melainkan orang –orang yang berakal ”. (Q.S.Ali Imran : 7).
Disamping itu, Al – Qur’an merupakan kitab yang Muhkam, sepertinya keterangan ayat 1 surat Hud : Artinya :”Suatu kitab yang ayat –ayat–Nya disusun dengan rapi”. Selain itu kebanyakan tertib dan susunan ayat – ayat Al – Qur’an itu rapi dan urut, sehingga dapat dipahami umat dengan mudah, tidak menyulitkan dan tidak samar artinya, disebabkan kebanyakan maknanya juga mudah dicerna akal pikiran. Pada garis besarnya sebab adanya ayat – ayat Mutasyabihat dalam Al – Qur’an ialah karena adanya kesamaran maksud syara’ dalam ayat – ayat-Nya sehingga sulit dipahami umat, tanpa dikatakan dengan arti ayat lain, disebabkan karena bisa dita’wilkan dengan bermacam – macam dan petunjuknya pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan hal – hal yang pengetahuanya hanya dimonopoli oleh Allah SWT saja.

Adapun adanya ayat Mutasyabihat dalam Al – Qur’an desebabkan 3 (tiga) hal :
1. Kesamaran Lafal
a. Kesamaran Lafal Mufrad, dibagi menjadi 2 (dua) :
1) Kesamaran lafal Mufrad Gharib (asing)
Contoh:
  
Lafal dalam ayat 31 surat Abasa : kata Abban jarang terdapat dalam Al – Qur’an, sehingga asing. Kemudian dalam ayat selanjutnya , ayat 32 : (untuk kesenangan kamu dan binatang – binatang ternakmu), sehingga jelas dimaksud Abban adalah rerumputan.
2) Kesamaran Lafal Mufrad yang bermakna Ganda.
Kata Al – Yamin bisa bermakna tangan kanan, keleluasan atau sumpah. Termasuk ayat – ayat Mutasyabihat yang terjadi karena samar lafalnya ialah beberapa huruf Muqaththa’ah (huruf yang terputus – putus di pembukaan atau permulaan surah – surah Al – Qur’an).
b. Kesamaran dalam Lafal Murakkab
Kesamaran dalam lafal Murakkab itu disebabkan karena lafal yang Murakkab itu terlalu ringkas atau terlalu luas atau karena susunan kalimatnya kurang tertib.
2. Kesamaran pada Makna Ayat
Kesamaran pada makna ayat seperti dalam ayat – ayat yang menerangkan sifat – sifat Allah, seperti sifat rahman rahim-Nya, atau sifat qudrat iradat-Nya, maupun sifat – sifat lainnya. Dan seperti makna dari ihwal hari kiamat, kenikmatan surga, siksa kubur, dan sebagainya manusia bisa mengerti arti maksud ayat-Nya, sedangkan mereka tidak pernah melihatnya.
3. Kesamaran pada Lafal dan Makna Ayat
Seperti, ayat 189 surat Al – Baqarah:
        ••             •       •    
“Dan bukanlah kebijakan memasuki rumah - rumah dari belakangnya, akan tetapi kebijakan itu ialah kebijakn orang – orang yang bertakwa”. Sebab kesamaran dalam ayat tersebut terjadi pada lafalnya, karena terlalu ringkas, juga terjadi pula pada maknanya, karena termasuk adat kebiasaan khusus orang arab.”

C. MACAM MACAM AYAT MUTASYABIHAT
Menurut Abdul Jalal, macam - macam ayat Mutasyabihat ada 3 (tiga) macam :
1. Ayat – ayat Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali Allah SWT. Contoh :
                                  

Artinya : “Dan pada sisi Allah–lah kunci – kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya, kecuali Dia sendiri” (Q.S. Al – An’am : 59)
2. Ayat – ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contoh : pencirian mujmal, menentukan mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib, dst.
3. Ayat – ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan – urusan yang hanya diketahui Allah SWT dan orang – orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan, seperti keterangan ayat 7 surat Ali Imran.

D. PENDAPAT PARA ULAMA MENGENAI AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIHAT
Menurut Al-Zarqani, ayat-ayat Mutasyabih dapat dibagi 3 ( tiga ) macam :
1. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat mengetahui maksudnya, seperti pengetahuan tentang zat Allah dan hari kiamat, hal-hal gaib, hakikat dan sifat-sifat zat Allah. Sebagian mana firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 59:
                                  

Artinya :“dan pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahui kecuali Dia sendiri”.
2. Ayat-ayat yang setiap orang biasa mengetahui maksudnya melalui penelitian dan pengkajian, seperti ayat-ayat : Hutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas, panjang, urutannya, dan seumpamanya. Contoh surat An-Nisa’ ayat 3 yang artinya:
                              
Artinya: “dan jika kamu takut tidak adakn dapat berlaku adil terhadap ( hak-hak ) perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita”.

3. Ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para Ulama tertentu dan bukan semua Ulama. Maksud yang demikian adalah makna-makna yang tinggi yang memenuhi hati seseorang yang jernih jiwanya dan mujahid.
Mengenai ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah (mutasyabihat), pendapat Ulama terbagi kepada dua mazhab :
1. Mazhab Salaf.
Yaitu ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat Allah yang Mutasyabih, dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah (tafwidh ilallah). Diantara ulama yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Imam Malik. Kerika ditanya tentang istiwa` ia menjawab:
الأستواءمعلوم والكيف مجهول والسؤال عن هذابدعة وأظنك رجل سوء أخرجوه عنى
Artinya: “istiwa` itu maklum, sedangkan caranya tidak diketahui, dan mempelajarinya bid`ah. Aku mengira engkau adalah orang yang tidak baik. Keluarkan dia dari tempatku.
2. Mazhab Khalaf.
Yaitu ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan keluhuran Allah. Pada umumnya mereka berasal dari para ulama mutaakhirin. Contohnya mazhab ini mengartikan mata dengan pengawasan Allah, tangan diartikan kekuasaan Allah, dan lain-lain.

E. HIKMAH AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIHAT
1. Hikmah Ayat Muhkam
a. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang yang kemampuaan bahas arabnya lemah.
b. Memudahkan manusia mengetahui arti dan maksudnya
c. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al - Qur’an.
d. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya.
e. Memperlancar usaha penafsiran atau penjelasan maksud kandungan ayat – ayat Al – Qur’an
f. Membantu para guru, dosen, muballih dan juru dakwah dalam usaha menerangkan isi ajaran kitab Al – Qur’an dan tafsiran ayat – ayatnya kepada masyarakat.
g. Mempercepat usaha Tahfidhul Qur’an (menghafal ayat – ayat Al – Qur’an)
2. Hikmah Ayat Mutasyabihat
a. Rahmat Allah SWT.
b. Ujian dan cobaan terhadap kekuatan iman umat manusia
c. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia
d. Mendorong umat manusia untuk giat belajar, tekun menalar, dan rajin meneliti.
e. Memperlihatkan kemukjuzatan Al – Qur’an, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya.
f. Memudahkan bacaan, hafalan dan pemahaman Al - Qur’an
g. Menambah pahala usaha umat manusia
h. Mendorong kegiatan mempelajari displin ilmu pengetahuaan yang bermacam –macam
i. Mengajukan penggunaan dalil – dalil aqli, disamping dalil – dalil naqli.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hikmah adanya ayat muhkam dan mutasyabih sebagai berikut:
a. Memperlihatkan kelemahan akal manusia
b. Teguran bagi orang-orang yang mengotakatik ayat mutasyabih
c. Memberikan pemahaman abstrak-ilahiah kepada manusia melalui pengalaman indrawi yang biasa disaksikannya.

F. FAWATIH AS-SUWARI
o Pengertian Fawatih as-suwari
Fawatih suwari adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surat, ia merupakan bagian dari ayat mutasyabihat. Karena ia bersifat mujmal, muawwal, dan musyki. Di dalam al-quran terdapat huruf-huruf awalan dalam pembukaan surat dalam bentuk yang berbeda-beda. Hal ini nerupakan salah satu bentuk kebesaran Allah dan Kemahatahuaan-Nya, sehingga kita terpanggil untuk menggali ayat-ayat tersebut.
o Macam-macam bentuk fawatih as-suwari
a. Awalan surat yang terdiri dari satu huruf, ini terdapat pada tiga surat, yaitu
 QS shaad : 1
     
 QS qaaf : 1
    
 QS qalam : 1
     

b. Awalan surat yang terdiri dari dua hurufm ini terdapat pada sepuluh surat
 QS al-mukmin : 1
 QS fushshilat : 1
 QS azzukhruf : 1
 QS ad dukhan : 1
 QS jatsyiah : 1
 QS al ahqaf : 1
 QS thaha : 1
 QS an naml : 1
 QS yaasin: 1
c. Awalan surat yang terdiri dari tiga huruf, terdapat pada tiga belas surat:
 Enam yang pertama diawali alif lam mim
o QS al baqarah : 1
o QS ali imran : 1
o QS al ankabut : 1
o QS ar rum : 1
o QS Al lukman : 1
o QS As sajadah : 1
 Lima surat diawali denan alif la ra
o QS yunus : 1
o QS hud : 1
o QS yusuf : 1
o QS ibrahim : 1
o QS al hijr : 1
 Dua surat yang diawali dengan tha sin mim
o QS as syu`araa :1
o QS al qashash :1
d. Awala surat yang terdiri dari empat huruf, terdapat pada dua tempat
o QS al a`raf : 1
o QS ar ra`du : 1
e. Awalan surat yang tterdiri dari lima huruf, hanya terdapat pada QS maryam : 1

BAB III
KSIMPULAN
A. Simpulan
Dengan adanya ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat mu tasyabih, mengajak manusia berpikir dan merenungkan betapa Maha Besarnya Allah SWT. Dengan ayat-ayat Al-Qur’an, manusia diajak untuk berpikir dan merenungkan apa yang dimaksud Allah yang tersirat dan termaktub di dalam Al-Qur’an.
Maka adanya ayat-ayat muhkamat, dapat memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Serta mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan. Begitu juga dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat, membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesihar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.











DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan.(2000).Ulumul Qur’an: Untuk IAIN, STAIN, DAN PTAIS. Bandung: Pustaka Setia.
Djalal, Abdul.(2000).Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.
Al-Khattan, Manna’ Khalil.(2004). Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Penerjemah: Mudzakir AS.Bogor: Litera AntarNusa.


MUHKAM DAN MUTASYABIH
(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ulum al-quran)
Dosen: Dadan F. Ramdhan,








Disusunn Oleh Kelompok 5:





FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013


KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah menganugrahi kesempatan dan mengilhami pengetahuan. KepadaNabi Muhammad saw atas ketauladanan dengan pribadi mulia, spirit dan motivasinya untuk tidak henti bermanfaaat dan semangatnya yang menginspirasi menjadi pribadi saleh spiritual dan social.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulum al-quran yang diberikan oleh dosen kami. Dalam penyusunan makalah tentu banyak sekali masalah yang kami hadapi, tetapi berkat kerjasama yang baik Alhamdulillah akhirnya makalah ini dapat selesai tepat waktu meskipun masih banyak kekurangan.
Kami menngucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini terutama kepada rekan-rekan seperjuangan yang telah berkontribusi baik bantuan materi maupun nonmateri.
Tiada gading yang tak retak, itulah ungkapan yang tepat untuk makalah ini. Karena makalah yang kami susun ini tentu masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki oleh karena itu kritik yang konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini menjadi lebih baik.

Bandung, April 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan 2
BAB II Muhkam dan Mutasyabih 3
2.1. Pengertian Muhkam dan Mutasuabih 3
2.2. Sebab-sebab adanya ayat muhkam dan mutasyabih 5
2.3. Macam-macam ayat mutasyabih 7
2.4. Pendapat Para Ulama Mengenai Ayat muhkam dan mutasyabih 8
2.5. Hikmah Ayat Muhkam dan Mutasyabih 9
2.6. Fawatih as-suwari 10
BAB III Simpulan 13
Daftar Pustaka 14

1 komentar:

  1. salam..
    terima kasih atas koreksiannya. Benar sekali dengan apa yang telah saudara paparkan bahwasanya ayat mutasyabih itu ayat yang menjadi petunjuk atau hudan bagi orang yang benar-benar memahaminya. Akan tetapi maksud samar disini bukan berarti maknanya tidak jeklas akan tetapi makna dari ayat yang mutasyabihat itu dapat diketahui apabila telah mengkajinya secara mendalam dengan disiplin ilmu yang sesuai. Jadi maknanya tidak dapat diketahui secara tekstual. terima kasih


















    BalasHapus

Entri Populer